Film Indonesia dengan genre horor sudah sejak lama ada. Ketika kecil, saya masih ingat masa-masa ketika hampir seluruh film Indonesia yang diputar di bioskop memiliki nuansa horor. 

Seiring dengan perkembangan yang terjadi di dunia perfilman dalam negeri, film ber-genre horor pun mengalami peningkatan kualitas baik dari segi efek maupun cerita. Hampir setiap tahun, genre ini tidak pernah absen, hadir dan menghibur masyarakat Indonesia.

Genre horor di film Indonesia tampaknya bekerja seperti guna-guna yang manjur dalam menarik jumlah penonton yang besar di saat banyak film Indonesia lainnya harus bersusah payah dan gagal menembus satu juta penonton. 

Film seperti Pengabdi Setan (4.206.103 penonton), Danur (2.736.157 penonton), Jailangkung (2.550.271 penonton), Mata Batin (1.227.214 penonton), The Doll 2 (1.226.864 penonton) menunjukkan keperkasaan film horor Indonesia.

Semua film di atas tayang pada tahun 2017. Dan rasanya, tidak sedikit pun minat masyarakat Indonesia menurun untuk menonton dan kembali menontonnya.

Dengan latar belakang fakta yang ada itu, saya ingin membuat sebuah pengakuan.

Setelah membeli tiket Ghost Writer, saya mencoba mengingat kembali apakah film horor terakhir yang saya tonton di bioskop. Dan jawabannya adalah …

Tidak pernah.

Maafkan saya, tetapi horor bukanlah genre favorit saya.

Walau demikian, sama seperti kebanyakan kita, saya bertumbuh besar dengan berbagai cerita horor yang disampaikan secara lisan ketika keluarga besar berkumpul. Dalam keragaman dan kekayaaan budaya Indonesia, kita juga ternyata memiliki cerita-cerita horor yang sangat bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain.

Ketertarikan yang akhirnya membuat saya memutuskan untuk mencoba menonton film Ghost Writer bukan hanya karena kombinasi horor komedi yang ditawarkan di trailer-nya, tetapi juga karena nama Ernest Prakasa yang menjadi produser dari film ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here