Seorang rekan saya pernah mengungkapkan betapa tidak adilnya masyarakat dalam menilai sebuah perselingkuhan.

Menurut pengamatannya selama ini, jika seorang laki-laki berselingkuh, maka ia akan menerima hukuman dari Tuhan. Tetapi, jika seorang perempuan yang berselingkuh, maka ia akan menerima hukuman dari Tuhan dan masyarakat.

Apa yang dimaksudkan rekan saya ini sangat lugas. Masyarakat seringkali tak adil dalam menilai sebuah perselingkuhan. Pria berselingkuh itu sudah ‘biasa’ karena seringkali pria dilihat sebagai makhluk yang tak bisa setia dengan satu pasangan seksual. Sementara perempuan yang berselingkuh akan dianggap tak bisa menjaga diri dan mengendalikan nafsunya.

Sejauh saya yang tahu, sedikit perempuan yang berselingkuh dengan keinginan awal untuk memenuhi kebutuhan seksualnya. Sebagian besar, yang saya tahu, berselingkuh dalam arti melakukan aktivitas seksual dengan pria lain adalah konsekuensi dari rasa cinta yang telah bertumbuh.

Berbeda dengan beberapa pria yang bisa ‘menyerahkan’ tubuh dalam aktivitas seksual secara langsung, sebagian perempuan membutuhkan kenyamanan secara emosional sebelum hal seperti itu terjadi.

Ya, laki-laki jatuh cinta sementara perempuan bertumbuh dalam cinta.

Laki-laki jatuh cinta pada umumnya karena melihat perempuan yang menarik. Pintu masuk cinta bagi laki-laki adalah mata. Mata laki-laki tajam sekali dalam mengamati kecantikan yang ada di sana. Tentu saja, seperti kata lagu lama, dari mata turun ke hati, walau belum tentu ”jadi”.

Sementara pintu masuk cinta bagi perempuan adalah telinga. Ia suka mendengarkan pujian dan bahkan pujaan. Itu sebabnya, bisa saja pada awalnya seorang perempuan tak terlalu tertarik dengan penampilan seorang pria, namun bila pria itu bisa berkata-kata dengan baik, tentu saja ditunjang perilaku yang baik, maka hati perempuan pun dapat terbuka. Dalam kasus tertentu malah kita terheran-heran dengan perempuan yang dapat jatuh cinta pada pria dengan reputasi yang kurang baik. Mungkin reputasi pria itu kurang baik, tapi bisa jadi rayuannya kena di hati.

Nah, inilah problem utama dalam sebuah pernikahan. Ketika pria jatuh cinta, maka ia akan berjuang mati-matian untuk menaklukkan pujaan hatinya. Begitu ada persetujuan dari perempuan, maka relasi dan komitmen pun terbentuk. Selesai sudah perjuangannya. Laki-laki melihat pernikahan sebagai tempat di mana ia menikmati hasil perjuangannya. Ya, tinggal menikmati saja. Tak heran banyak perempuan mengeluh bahwa suaminya tak lagi romantis setelah memasuki pernikahan.

Sementara perempuan tak jatuh cinta, melainkan tumbuh cinta. Cinta yang sudah bertumbuh sehingga bersedia ”jadian” membutuhkan asupan kasih dan perhatian terus menerus bahkan sesudah pernikahan, dan di sepanjang jalan pernikahan. Tak mengherankan apabila banyak pria mengeluh bahwa istrinya terus menuntut perlakuan yang sama dan bahkan lebih romantis dari masa pacaran yang lalu.

Perempuan melihat pernikahan sebagai sebuah ikatan yang menjamin bahwa ia terus akan mendapatkan asupan kasih sayang dan perhatian. Sayangnya tidak selalu demikian, bukan?

Laki-laki jatuh cinta, perempuaan tumbuh cinta. Laki-laki tergoda perselingkuhan lewat matanya, sedangkan perempuan tergoda lewat telinganya.

Anda setuju?

Baca Juga:

Setelah Perselingkuhan Suami Terkuak, Istri Jangan Lakukan 3 Hal Ini

Perselingkuhan Istri Terkuak, Suami Jangan Lakukan 3 Hal Ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here