Salah satu film yang saya tonton di akhir tahun 2018 adalah “Milly & Mamet”. Film bergenre komedi yang digarap Ernest Prakasa ini merupakan spin off dari film populer “Ada Apa dengan Cinta”. Ernest emang mahir meramu cerita dan juga memasangkan aktor serta aktris dalam film-film yang dia garap.
Di awal film, ada dialog yang lumayan bikin ngakak. Adegan ketika Mamet yang diperankan Dennis Adiswara berjumpa dengan teman-teman masa SMU-nya. Saat itu Mamet berkata, “Wah, loe beda ya sekarang.”
Pernyataannya itu ditanggapi enteng salah satu temannya, “Loe kok … gini-gini aja ya?”
Kata-kata itu lantas membuat si Mamet tersenyum kecut.
“Gini-gini aja” merupakan sebuah pernyataan bahwa kita enggak pernah berubah. Mungkin saja dulu kita adalah orang yang biasa-biasa aja, bukan seseorang yang dikenal, bukan pula seorang yang layak diperhitungkan. Mungkin kita tidak termasuk kategori seseorang yang cemerlang, pintar, memiliki banyak teman, dan bukan orang yang sukses. Mungkin dulu kita adalah seorang yang pemalas, penakut, pemarah, tidak pernah melakukan apa-apa untuk orang lain, egois, menyebalkan, dan sebagainya.
Lalu, apakah hari ini kita masih sama dengan yang dulu?
Mari kita koreksi, apakah ada bagian dalam diri kita yang masih belum berubah? Jika kita masih merasa “Gini-gini aja”, dalam artian yang kurang, negatif, atau tidak baik, perhatikan 3 hal ini:
1. Perubahan itu Pilihan, Keputusan dan Tindakan Kita
Perubahan tidak bisa dipaksakan, tetapi berubah adalah pilihan kita. Kitalah yang memilih apakah kita akan tetap sama, atau kita mau berubah. Kalau kita memilih untuk berubah, kita harus membuat keputusan. Namun, keputusan akan tetap jadi keputusan, jika kita tidak pernah mulai melakukan aksi. Keputusan hanya akan jadi sebuah wacana serta rencana semata tanpa ada langkah pertama. Sebab itu sangat penting untuk kita mulai bertindak.
Satu langkah kecil kita akan menghasilkan langkah-langkah selanjutnya. Entah itu sikap, sifat, karakter, atau hal apa yang ingin kita ubah, jika ada banyak, mulai dengan satu yang sangat ingin kita ubah. Tidak usah terlalu banyak, nanti malah kita yang akan kebingungan dan semuanya tidak terlaksana.
2. Berubah itu Membutuhkan Proses dan Ketekunan
Berubah itu bukan sesuatu yang instan. Bak sulap, sekali membalikkan telapak tangan, semua akan berubah seperti apa yang kita inginkan dan impikan. Bukan juga seperti serial televisi zaman dulu “Ksatria Baja Hitam”, yang dengan sangat cepat bisa berubah. Ada proses yang harus kita jalani untuk mewujudkan sebuah perubahan. Jika kita mencoba untuk berubah dan gagal, bukan berarti kita tak bisa. Dibutuhkan ketekunan saat kita menjalani proses dalam perjalanan perubahan kita. Proses itu juga bukan hal yang enak saat kita menjalaninya.