Uang bukan segalanya. Benarkah itu?
Baru-baru ini saya mengalami ujian dari perkataan ini. Saya termasuk orang yang setuju bahwa uang bukan segalanya, meskipun uang memang penting.
Tahun ini saya sangat bahagia karena bisa pulang ke rumah untuk merayakan momen imlek bersama dengan keluarga besar. Tetapi di akhir momen bahagia ini, terjadi sebuah insiden kecil yang menguji keyakinan saya tentang “uang bukan segalanya.”
Sebuah Pengalaman Pribadi
Setelah selesai merayakan imlek, saya akan kembali ke perantauan untuk melanjutkan aktivitas saya. Di hari itu juga, akibat teledor, saya ketinggalan pesawat. Tiket pesawat sedang mahal, tetapi saya malah ketinggalan pesawat. Apalagi petugas layanan pelanggan mengatakan bahwa tiket hangus, dan hanya bisa dikembalikan 10 % dari harga yang sebenarnya. Saya merasa benar-benar telah menyia-nyiakan uang. Begitu kesal rasanya dalam hati.
Setelah peristiwa ketinggalan pesawat itu, semua pertanyaan orang seolah-olah berubah menjadi omelan: mengapa kamu begitu teledor menghilangkan uang tersebut? Saya sebenarnya sudah cukup kesal dengan diri sendiri. Apalagi setelah tidak jadi naik pesawat, keesokan lusanya saya harus naik bis pulang ke rumah saya sendiri dan harus menempuh 16 jam perjalanan. Kesal, jengkel, marah pada diri sendiri.
Tetapi, di dalam perjalanan dengan bus itu, saya teringat akan satu kata-kata bijak, yakni “uang bukan segalanya.”
Benarkah uang bukan segalanya? Pertanyaan ini mengusik saya untuk berpikir jernih. Share on XTernyata uang memang bukan segalanya. Saya masih bisa bersyukur atas kejadian ini, karena dari kejadian ini saya masih bisa mempunyai 2 hari waktu tambahan bersama dengan keluarga.
Mengapa Uang bukan segalanya?
Alasan mengapa saya mengatakan uang bukan segalanya adalah karena uang tak pernah benar-benar dapat memberikan segalanya kepada kita. Uang tak pernah bisa memberikan keamanan, kepuasan, nilai diri dan kebahagiaan. Ada banyak hal yang tidak dapat ditukar dengan uang, misalnya bermain bersama anak, memancing bersama keluarga, ngopi bersama bapak, karaoke dengan kerabat , dan lain-lainnya. Uang, sekali lagi, tidak akan pernah bisa membeli semua itu.
Sebenarnya uang begitu mengikat kita. Kita mempunyai pengertian yang salah tentang uang. Kita menganggap bahwa uang bisa memberikan rasa aman, rasa puas, nilai keberhargaan diri, kebahagiaan, dan lain-lain. Padahal nyatanya uang tidak pernah dapat memberikan itu. Namun, banyak orang menghabiskan 14 jam perhari untuk mencari uang ini.
Belajarlah memberi sampai kita merasa uang bukanlah segalanya.
Cara terbaik agar kita bisa merasakan kalimat “uang bukanlah segalanya” adalah dengan membiasakan diri untuk memberi.
Dengan memberi kita seolah-olah berkata kepada uang: aku tak terlalu membutuhkan engkau, kau tak begitu penting, bukan segalanya bagiku, makanya dengan mudah kau kuberikan kepada orang yang membutuhkan.
Dari hal ini saya belajar menghidupi kata-kata klasik ini, “Uang bukanlah segalanya.”
Baca Juga:
Tak Mungkin Kita Lepas dari Penilaian Orang Lain, Siapkan Diri dengan 3 Hal Ini
Hidup Ini Indah, Bila Sepasang Hal Ini yang Menjadi Perspektif Kita