Setelah menikah, kami hampir tak pernah merayakan Valentine’s Day. Suami saya pun tak pernah beralasan, “Everyday is Valentine’s Day.” Dia memang tipe laki-laki yang terlalu plain. Kayak roti tawar tanpa mentega atau selai. Benar-benar tawar kan?

Tak pernah ada romantic dinner. Tak pernah ada buket bunga yang cantik. Ya, dia tak pernah satu kali pun membeli bunga untuk saya. Mungkin sekali, saat saya menjalani resital piano sebagai ujian kelulusan studi.

Moms yang senasib dengan saya dan sedang membaca tulisan ini mungkin mengangguk-angguk sekaligus mengeleng-gelengkan kepala pada saat bersamaan. Memang nasib istri yang suaminya benar-benar tak romantis. Mau berharap, tapi sudah benar-benar sadar bahwa tak ada gunanya memberi kode paling keras atau rajukan paling gamblang.

Lantas, apakah Valentine’s Day menjadi momok atau bahkan hari terkutuk yang segera ingin kita lewati tanpa nelangsa di hati?

Buy Yourself Flowers

Salah satu sahabat saya adalah floris handal. Beberapa hari lalu saya melihat unggahan foto bunga tulip yang sangat cantik. “Stok terbatas, segera lakukan pemesanan,” begitu informasi yang tercantum.

Saya jadi tergoda untuk memesan bunga tulip itu. Untuk diri saya sendiri. Saya jadi ingat kisah yang pernah saya baca, tentang seorang istri yang memesan banyak rangkaian bunga untuk dirinya hanya untuk membuat suaminya cemburu. Benar dugaannya, sang suami akhirnya memesan lebih banyak rangkaian bunga untuk membuktikan bahwa ia sanggup memberi lebih untuk istrinya.

Tenang saja…saya tidak sedang ingin menguji tingkat kecemburuan suami, tidak juga berharap ia membalas dengan membelikan lebih banyak bunga. Saya tahu persis cara ini tak akan mempan pada dirinya.

Saya tergoda memesan bunga cantik yang gambarnya saya lihat di layar gawai untuk menyenangkan diri sendiri. Bukan untuk menghibur diri ketika suami tak berlaku sesuai norma romantisme yang dipromosikan di media sosial. Bukan juga untuk mengasihani diri karena suami tak peka dengan colekan yang hampir berbau tuntutan. Saya hanya ingin menikmati sesuatu yang saya sukai.

Buy yourself flowers, simply because they’re beautiful and you deserve beauty in your life.” Karen Salmansohn

Buy Yourself Flowers?

Jari saya terhenti ketika akan menyelesaikan pesan singkat untuk memesan bunga tulip yang menawan itu. Saya berpikir ulang, “Sungguhkah perlu memesan bunga ini?” Hati saya mulai ragu. Saya merasa begitu egois. Budget yang akan saya keluarkan untuk bunga tulip ini mungkin setara dengan berbagai kebutuhan putri kami yang berusia balita dan keperluan bayi yang harus kami siapkan dalam waktu dekat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here