Ini memang bukan persoalan yang mudah dihadapi. Bukan pertama kali Monika menghadapi persoalan kehilangan buah hati. Jika Mutiara meninggal, ini adalah kejadian kedua yang menimpa dirinya dan suaminya.

Pasalnya, anak perempuan mereka yang pertama juga meninggal ketika baru lahir. Ia hanya sempat menggenggam tangan anaknya, melihat dan menciumnya sebentar, sebelum kemudian dilarikan untuk segera mendapat perawatan khusus hingga akhirnya dikabarkan telah meninggal dunia.

Bagi keluarga Monika, Mutiara adalah wujud semangat baru dalam keluarga. Pengganti anak perempuannya yang meninggal dan bukti bahwa Tuhan masih mengasihi mereka.

Namun, mengapa Tuhan tega membiarkan kejadian yang sama ini terjadi kembali? Kira-kira itu pertanyaan yang terus terlintas dipikirannya.

Tak Hilang Percaya dan Harapan

“Mutiara adalah anak yang kami minta pada Tuhan,” kata Monika.

Ia yakin bahwa Mutiara adalah jawaban dari doa yang selama ini ia panjatkan. Ia yakin benar bahwa Tuhan akan menolong anaknya Mutiara untuk kembali sembuh. Entah bagaimana caranya.

“Dia Tuhan, maka tiada yang mustahil bagi-Nya,” tegasnya.

Ini keyakinan dan harapan yang luar biasa dari seorang ibu yang pernah kehilangan seorang anak dan yang sedang terancam kehilangan anaknya lagi. Inilah yang menguatkan Monika dalam keadaan sulit. Katanya, “Sekalipun para dokter mengangkat tangan, jika Tuhan yang turun tangan, itu sudah cukup!”

“Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil. Terpujilah Tuhan!”

Kepercayaan dan harapan itu juga dilandasi oleh sikap berserah dari Monika. Ketika ia tahu bahwa kemungkinan Mutiara hidup sangat kecil, ia tetap berserah pada Tuhan.

“Aku tetap berusaha yang terbaik bagi Mutiaraku ini. Setidaknya aku ingin cairan di perutnya bisa keluar. Setelah itu, aku akan membawanya kembali ke rumah dan akan merawatnya dengan baik.”

Setelah mengatakan kalimat itu, Monika terdiam sejenak dan menunduk. Sambil terisak ia mengatakan, “Ta .. tapi … kalaupuun … Tu … Tuhan akan ambbiil … Mutiara kembali … Tuhan tentu punya maksud yang lebih baik … Aku hanya menerimanya, ia akan lebih baik bersama Tuhan.”

Dukungan Kerabat dan Keluarga

Hal lain yang menguatkan Monika adalah dukungan kerabat dan keluarga yang terus ada di sisinya. Baik suami, kerabat, dan keluarga terus turut menanggung rasa sedih dan kebutuhan yang dibutuhkan oleh Monika dan suaminya. Inilah yang membuatnya merasa kuat menjalani proses sulit yang menimpa dirinya.

Seorang bijak pernah mengatakan bahwa keluarga adalah “Support System” terbaik dalam hidup kita. Keluarga akan selalu ada di sisi dan memberi kekuatan dan topangan ketika kita lelah atau sedang dalam kesusahan.

Tentu saya tidak dapat menyelami rasa sakit hati yang dirasakan oleh Monika karena saya belum memiliki anak. Namun, melihat Monika dan perjuangannya, saya menyadari bahwa hidup sangat rentan untuk ditanggung sendiri.

Setiap orang butuh orang lain untuk berbagi dan menguatkan satu sama lain. Banyak orang di luar sana membutuhkan topangan dan bantuan. Sudahkah kita menjadi tangan yang membantu menopang orang lain?

Baca Juga:

Satu Hal yang Memberi Kekuatan untuk Bertahan dan Terus Berjuang dalam Situasi Seberat Apa Pun

Demensia Mengubah Ibuku Menjadi Sosok ‘Asing’ di Mataku. Ini Kisahnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here