Menelusuri jejak kariernya, satu hal mencuat keluar. Lebih dari segala keputusan yang diambil, hal ini menjadi begitu kuat melekat pada dirinya. Lebih dari segala keahlian untuk berorasi ataupun berdebat, hal ini menjadi sesuatu yang tidak dapat dimungkiri oleh lawan dan kawan.

Satu hal itu adalah pribadinya yang otentik.

Orang ini tidak bermuka dua. Ia mengatakan apa yang dipikirkan dan ia menghidupi apa yang ia percayai. Terkadang hingga ke titik ekstrim.

Indonesia Merindukan Sosok Seperti Ini

Di tengah zaman yang berani membayar harga yang mahal demi ribuan “likes” dan “hearts”, pribadi yang otentik ini menawarkan kesegaran yang nyata. 

Di tengah lingkungan yang dipenuhi oleh orang-orang yang berani sikut sana sikut sini untuk karier yang lebih baik, penjualan yang lebih banyak, bahkan kesempatan yang lebih luas, menjadi orang yang dapat dipercayai ternyata masih memiliki nilai.

Di tengah kehausan untuk mengejar yang terbaru, yang termahal, dan yang terbaik, orang yang bisa hidup memegang integritasnya ini menawarkan kepuasan. 

Bahwa ia kemudian berkarya di bidang politik membuatnya menjadi semakin langka. Inilah panggung di mana setiap orang berdiri menggunakan topeng. Inilah panggung di mana setiap orang memiliki naskah dengan cerita akhir untuk kemenangan dan kesuksesannya. 

Tidak ada yang berpikir untuk kebahagiaan para penonton yang “membeli tiket” di bawah sana.

Hampir tidak ada.

Itulah yang membuat pribadi ini menjadi begitu memikat. Ia melakukan apa yang kelihatannya mustahil. Ia memberi kulit dan baju kepada konsep pemimpin yang otentik. Konsep yang selama ini terdengar oxymoronpun menjadi nyata dalam diri politikus yang bersih ini. Kalimat yang sering keluar dari mulut banyak politikus, yaitu berjuang untuk rakyat, mewujud nyata dalam berbagai tindakannya.

Orang tua mulai menamai anak-anak mereka dengan nama yang sama dengan pemimpin itu. Anak-anak mulai bermimpi untuk menjadi pelayan masyarakat seperti dia. Generasi muda mulai berjuang dengan terus berusaha mempertahankan integritas hidup di mana pun mereka berada.

Dia yang namanya tidak perlu disebutkan lagi ini masih memiliki banyak kesempatan untuk berbakti bagi negeri yang dicintainya. Dia akan berhasil, dan dia juga pasti akan jatuh (lagi). Akan tetapi, selama ia terus memperjuangkan hidup dengan integritas menjadi otentik dengan segala kelemahan dan kekuatannya, ia akan terus dilihat orang.

Satu Pertanyaan yang Tertinggal

Mungkin pertanyaan di atas, tentang ia mendapat sorotan, adalah pertanyaan yang salah. Ia tidak pernah mencari sorotan dari publik. Ia juga tidak melakukan sesuatu untuk demi pengakuan dari orang lain.

Pertanyaan yang lebih tepat untuk diajukan adalah:

Mengapa ia bisa begitu … 

‘bertjahaja’?

Baca Juga:

Ahok Bebas dari Penjara, 3 Pelajaran tentang Membangun Kembali Kehidupan dari Puing Reruntuhan

Call Me BTP, Not Ahok. 3 Makna yang Terungkap di Balik Perubahan Ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here