Penantian panjang dari para pecinta Ahok pada akhirnya berakhir juga. Tanggal 24 Januari 2019, Ahok akhirnya dibebaskan dari penjara setelah mendekam selama hampir 2 tahun lamanya.
Namun ada satu hal yang menarik, Ahok -demikian selama ini ia dikenal- tidak mau lagi dipanggil Ahok. Ia meminta orang-orang memanggilnya BTP.
Saya mencoba memaknai perubahan nama panggilan ini dengan memahami konteks kehidupan Ahok.
1. Proses menjadi dewasa
Bagi orang-orang keturunan Tionghoa di Indonesia, nama Cina yang diberikan sejak lahir kerap kali menjadi nama kecil atau nama panggilan di rumah. Nama ini tidak akan lagi digunakan ketika yang bersangkutan mulai dewasa, kecuali oleh keluarga dan teman-teman dekatnya sedari kecil. Di sekolah dan di tempat kerja, nama yang tertera di KTP yang akan menjadi nama panggilan baginya.
Ahok adalah nama kecil dari Bapak Basuki Tjahja Poernama yang melekat terus hingga ia dipenjara. Di dalam penjara beliau merasa telah diproses dan didewasakan sehingga selepas dari penjara beliau tak ingin lagi dipanggil Ahok. Call Me BTP.
2. Proses menjadi orang yang baru
Ahok menyadari begitu banyak kesalahan yang ia lakukan di masa lalu yang membuatnya pada akhirnya tersandung masalah. Walaupun beliau begitu baik dan jujur dalam pengabdiannya pada negara, sikap beliau yang apa adanya dan tak berpikir panjang sebelum melontarkan berbagai kata-kata yang menyakitkan orang lain pada akhirnya menjadi sebuah batu sandungan bagi dirinya sendiri.