“Kunci surga itu harganya 720 juta,” tulis suami saya di WhatsApp dengan hebohnya. “Wis terlalu sakit game ini. Lebih baik pensiun RO.”
Dunia game “Ragnarok Online” (RO) memang heboh pada weekend pertama di tahun baru 2019, gara-gara sebuah item dalam game tersebut yang bernama Key of Heaven yang dilelang dan laku seharga sebuah rumah.
“Apa sih istimewanya?” begitu tanya saya ketika suami sudah pulang. Kok bisa barang virtual yang cuma berguna di dunia game laku sebegitu mahalnya.
Keistimewaannya menurut suami saya, “Tapi itu cuma satu di dunia RO. Makanya bisa punya kunci surga adalah sebuah eksklusivitas. Kebanggaan.”
Melihat saya yang menatapnya dengan pandangan tidak mengerti, suami saya memberikan sebuah analogi. “Sama kayak orang beli tas branded seharga ratusan juta yang limited edition. Beli apa kalau bukan pride?”
Kali ini saya mulai memahami. Ceritanya bisa beda, tetapi fenomenanya mirip. Orang rela bayar mahal-mahal demi sesuatu yang sebenarnya bisa didapat dengan harga murah, atau bahkan cuma-cuma. Bukan soal barangnya, melainkan nilai diri dan pengakuan orang lain karena sanggup membeli. Kata Pak Wepe dalam artikelnya tentang pria yang rela membayar ratusan juta untuk transaksi kencan di hotel bersama artis, ini soal kuasa atau kekuatan untuk menaklukkan.
Walaupun tak akan ikutan beli kunci surga, aroma kebanggaan serta kuasa atau kekuatan untuk menaklukkan ini juga dapat menggoda kita untuk melakukan hal yang sama. Kalau tak hati-hati, bisa jadi kitalah orang berikutnya yang akan membayar mahal demi sesuatu yang dianggap ‘gila’ oleh orang lain. Lalu, bagaimana supaya tetap waras?
1. Meninggalkan ‘Dunia yang Gila’
“Lebih baik pensiun RO,” begitu keputusan suami saya yang juga gamer ini. Kelihatan mudah, tetapi sebenarnya dibutuhkan keberanian untuk meninggalkan dunia pergaulan yang buruk, supaya kebiasaan baik jangan ikut rusak.
Saya jadi ingat curhat seorang ibu muda usia 30-an yang meninggalkan grup arisannya dengan hati berdarah. “Kalau tetap ikut mereka, aku bisa ikut belanja barang branded sampai puluhan juta. Duit habis, dimarahin suami pula. Lebih baik nggak ikut, walaupun sekarang dimusuhi.”