Kita pasti sudah sangat akrab dengan lampu lalu lintas; entah kita menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Tidak sedikit dari kita, termasuk saya, yang kadang kesal jika harus bertemu dengan lampu lalu lintas ketika lampu itu sedang berwarna merah. Apalagi jika kita sudah terlambat menuju ke suatu tempat.
Memasuki penghujung tahun 2018 yang lalu, saya belajar dua hal tentang hubungan antara lampu lalu lintas dan perjalanan kehidupan.
1. Berhenti sejenak
Pada saat lampu lalu lintas berwarna merah, semua kendaraan harus berhenti. Saat itu biasanya saya gunakan untuk memperbaiki posisi duduk saat menyetir mobil atau meluruskan badan sejenak jika kendaraan yang saya gunakan adalah roda dua.
Sama halnya dengan kehidupan kita: ada saat ketika kita harus berhenti sejenak dari segala rutinitas dan kesibukan yang mungkin membuat kekuatan dan semangat kita terkuras. Dengan berhenti sejenak dari segala rutinitas itu, kita akan segar kembali dan mendapatkan kekuatan baru dalam menjalani hidup.
2. Prioritas
Lampu lalu lintas mengajarkan saya tentang prioritas dalam hidup. Kapan harus mengerjakan apa dan di mana.
Kita sering mendengar berita kecelakaan yang diakibatkan karena kelalaian pengendara yang menerobos lampu merah, bukan? Atau tentang persimpangan yang jadi macet karena lampu lalu lintas yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Demikian juga dengan kehidupan, ketika saya sulit menentukan prioritas dalam mengerjakan tugas dan hal yang akan dikerjakan, sering kali yang terjadi adalah tidak ada satu pun tugas tersebut yang selesai. Emosi pun jadi tidak stabil dan akhirnya terjadi gesekan dan perselisihan dengan orang yang ada di sekitar saya, yang akhirnya berpotensi merusak kualitas hubungan.
Semoga dalam perjalanan hidup, kita masih bisa memiliki kesempatan untuk rehat sejenak dari semua kesibukan dan aktifitas yang menguras tenaga serta pikiran.
Dengan demikian kita bisa mengatur kembali apa yang menjadi prioritas kita dalam menjalani kehidupan di hari-hari yang ada di depan.
Baca Juga: