Di awal tahun saya sekeluarga dan sahabat dekat menonton film Keluarga Cemara. Kami berdelapan benar-benar menikmati film ‘lawas’ yang ‘diremake’ tanpa menghilangkan sentuhan masa lalu yang mengharu biru. Anak saya yang pertama, meski saat film ini diputar masih balita, benar-benar menikmati sedangkan anak kedua, yang lahir setelah serial televisi itu usai, bisa ikut menikmatinya. Benar-benar hiburan keluarga yang membangun.
Sepanjang film berlangsung, saya kerap menoleh ke istri saya. Dia tipe orang yang gampang sekali tersentuh. Jadi, saat dia meneteskan airmata, saya suka menggodainya. Tentu saja setelah menghapus airmata saya sendiri.
Sepanjang film yang indah itu saya menemukan satu saja pelajaran mahapenting yang merupakan akar dari semua persoalan rumah tangga, termasuk di Keluarga Cemara. Apa itu?S
Sikap, ucapan dan tindakan yang menyalahkan.
1. Menyalahkan keadaan
Abah, diperankan cukup baik oleh Ringgo Agus Rahman, pengusaha property yang tiba-tiba saja bangkrut, karena Fajar, kakak iparnya, meminjam uang ke pihak ketiga dan tidak sanggup melunasinya. Bukan saja didemo karyawannya sendiri yang dua bulan tidak digaji, rumahnya pun disita tepat di hari ultah Euis, diperankan Zara JKT 48.
Mereka terpaksa harus menginap di kantor untuk sementara waktu dan pindah ke rumah di desa peninggalan ortunya. Kalimat-kalimat menyalahkan keadaan pun terucap dalam rumah sederhana ini. Bukan melegakan, menyalahkan keadaan justru bisa membuat situasi menjadi kurang nyaman.