Sejak kecil, saya yang orang Jawa tulen ini, tentu dibesarkan dengan pelbagai macam tata cara hidup yang sangat njawani. Berbicara dengan orang tua (terutama kakek dan nenek) harus menggunakan bahasa jawa halus. Bagaimana cara bertamu yang benar, bagaimana body language yang baik ketika berhadapan dengan orang lain yang lebih tua dan banyak hal lagi yang diajarkan oleh orangtua, terutama mama saya.

 

Tak Lagi Relevan? 

Salah satu hal yang tetap melekat dalam pikiran adalah bobot, bibit, bebet. Sebuah nasehat yang diberikan turun temurun dari generasi ke generasi hingga saat ini. Ketika itu saya hanya mengangguk-angguk dan berusaha mencoba memahaminya, namun belum mengaplikasikannya dalam mencari pasangan hidup. Sebab saya berpikir nasehat itu kuno, tidak relevan dengan gaya hidup saat ini yang semakin berkembang luar biasa cepat dan adanya percampuran budaya karena akses informasi yang luas.

Bobot, bibit, bebet juga tidak sesuai dengan agama yang saya percayai. Sebab dalam keyakinan saya mengajarkan untuk mengampuni, melupakan kesalahan di masa lalu dan setiap orang memiliki sebuah pengharapan baru di masa yang akan datang. Ekstrimnya, bahkan kita diminta untuk memberikan pipi kanan kita, jika ada yang menampar pipi kiri.

Bobot, bibitt, bebet menjadi tidak relevan baik dari sisi agama dan gaya hidup saat ini.

Baca Juga: “Jika Jodoh di Tangan Tuhan, Bagaimana Mengetahui Pasangan yang Tepat Untuk Saya?” Ikuti GPS Jodoh Ini, Siapa Tahu Anda Menikah Tahun Ini!

 

Tamparan Pertama di Pipi Kanan: Ketika Bibit Bertumbuh

Tamparan pertama saya peroleh tahun lalu, ketika saya yang memberikan kesempatan baru dari seseorang yang memiliki masa lalu kurang baik. Saya harus yakin bahwa setiap orang bisa berubah dan memiliki kesempatan untuk menjadi pribadi baru yang lebih baik, pikir saya.

Hingga saat ini saya masih memegang teguh prinsip itu, satu hal yang saya lupa adalah bahwasanya ada bibit yang tetap melekat dalam orang yang memiliki masa lalu yang kurang baik. Bibit yang buruk itu bisa muncul kapan saja tergantung pemicunya. Dan yang paling penting, apakah orang itu sadar bahwasanya ada bibit yang kurang baik ada di dalam dirinya?

Setiap orang memiliki bibit dari warisan orang tua kita, masing-masing ada yang baik dan buruk.

Alangkah baiknya jika kita dapat menyadari bibit kurang baik yang ada, sehingga kita dapat berusaha sekuat mungkin menahan bibit yang kurang baik itu tumbuh dan menguasai hati kita.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here