Tiba-tiba sore itu, pesan WA dari kakak sedikit terasa berbeda. Tak biasanya kakak mengirim sebuah pesan dengan sesuatu yang sangat ingin diceritakannya. Kali ini bukanlah tentang kehidupan, pekerjaan bahkan rumah tangganya. Melainkan tentang teman kerja nya yang mengalami pengalaman yang mengharukan dan sedikit menyakitkan.
Setelah panjang lebar menceritakan kepedihan yang dialami oleh rekan kerjanya, saya hanya menjawab “saya pun pernah mengalami hal yang demikian mbak”. Sontak saat itu kakak saya kaget dan menjawab, “Harusnya perbuatan seperti itu dilaporkan saja ke polisi”. Saya menjawab dengan “hahahahha” saja, bagi kakak saya, jawaban saya mungkin tampak aneh.
Saya menceritakan bagaimana pengalaman yang sama bahkan lebih pahit juga pernah saya rasakan dan alami. Saya berkata bahwa hal tersebut adalah hal yang biasa, bahkan menjadi proses hidup kita, tak hanya sekadar menjadi sebuah pembelajaran, melainkan proses yang menyakitkan tersebut dapat mengikis keinginan daging dan ego kita.
Seolah ingin menegaskan bahwa hal tersebut bukanlah hal yang dirasa atau mungkin dianggap hal baik oleh kakak saya, dia berkata “Kalau semua orang diperlakukan demikian, iya kalau dia bisa berpikir positif seperti kamu, bisa kuat, lah kalau seperti temanku ini malah jadi kepahitan”.
Seketika itu saya sadar bahwa saya tidak semua orang akan memiliki daya kekuatan yang sama untuk menanggung masalah yang bahkan relatif sama
Ini memang bukan soal perkara kriminal yang keji, atau suatu bentuk tindakan kejahatan yang layak dipenjarakan. Ini hanya sebuah sikap yang tidak menghargai secara hak manusia untuk mendapatkan yang pantas atau selayaknya. Ini hanya masalah perlakukan yang tidak seharusnya diperlakukan, seperti halnya antara bos dan karyawan.
Dari kisah teman kakak yang juga saya pernah alami, menyadarkan saya bahwa:
Setiap manusia punya daya kekuatannya masing-masing. Share on X
Jangan Mudah Menghakimi
Pengalaman pahit atau yang tidak mengenakkan yang pernah kita alami lantas kemudian dialami oleh teman, saudara atau orang disekitar kita harusnya menjadi kita semakin kuat untuk menguatkan mereka, bukan malah semakin kuat untuk menghakimi mereka.
Terkadang kita berkata:
“Halah, gue juga pernah dulu ngalamin seperti itu, biasa aja tuh” “Jangan manja jadi orang, kamu harus kuat” “Yang kamu alami itu gak sebanding dengan apa yang saya alami dulu” “Semua yang kamu alami itu proses untukmu, sadarilah!”
Perkataan-perkataan yang kita anggap sepele, mungkin sudah terlontar ribuan kali kepada orang-orang yang mengalami hal yang sama dengan yang pernah kita alami. Mungkin juga apa yang kita alami jauh lebih menyakitkan atau menyengsarakan. Bukankah, perkataan-perkataan sepele seperti hal di atas yang justru membuat orang akan merasa down, terpuruk, putus asa dan bisa jadi kepahitan. Seharusnya, kita juga belajar bahwa setiap orang memiliki daya kekuatannya masing-masing.
Kita mungkin dikaruniakan Tuhan kekuatan ekstra, bagaimana dengan saudara kita yang mengalami hal yang sama dengan kita? Terkadang mereka butuh dukungan, support dan juga kekuatan dari kita. Sebaliknya, lebih banyak orang memilih untuk menghakimi keadaan dan berkata “itu proses untukmu, supaya kamu semakin kuat dan mendapat pembelajaran hidup”.
Sadarkah kita bahwa kita diberi kekuatan menanggung masalah yang kita hadapi untuk menguatkan saudara- saudari kita yang senasib dengan kita?
Karena terkadang kita lebih sering bermegah dalam kesulitan yang ditanggung orang lain dan seolah-olah dalam pikiran kita “Biarkan saja, supaya dia juga merasakan tidak enaknya apa yang saya alami dulu” atau “Kalau tidak begitu, dia tidak akan belajar”. Yah, kita akan membenarkan pengalaman kita untuk membuat orang lain tidak semakin dikuatkan tetapi semakin terpuruk.