Beberapa hari yang lalu, di tengah teriknya Surabaya, saya melewati sebuah rombong penjual gorengan. Biasanya pada tengah hari seperti ini, rombong itu sudah kosong. Gorengan yang ada terjual habis atau setidaknya hanya tinggal sedikit. Biasanya dari pagi hari pada saat penjual buka, sudah ada antrian orang yang membelinya. Ya, ini salah satu tempat penjual gorengan favorit di Surabaya Timur.

Siang itu berbeda. Gorengan masih tersedia cukup banyak. Saya pun memutuskan untuk putar balik dan memarkir mobil tak jauh dari rombong penjual itu.

“Tumben kok masih banyak, Bu?”

Saya mengucapkan kalimat ini sambil mengulurkan sejumlah uang dan menunjuk beberapa jenis gorengan. Saya berencana untuk membawa gorengan-gorengan itu untuk teman-teman di kantor.

“Iya, Mas. Sekarang lagi panas-panasnya Surabaya. Orang-orang pingin minum yang segar-segar,” ujar ibu penjual sambil mengambil beberapa gorengan yang ada.

“Wah kalau panas terus kayak begini, penghasilan ibu bisa berkurang ya?”

Ibu penjual itu mengulurkan satu tas plastik gorengan sambil berkata,” Oh, soal itu ngga perlu kuatir, Mas.

Rezeki itu sudah ada yang mengatur. Sudah ada gilirannya. Share on X

Sekarang giliran yang jual es, yang seger-seger, nanti sebentar lagi kalau mendung-mendung ya giliran saya. Semua ada gilirannya”

“Terima kasih, Bu” kata saya sambil menerima tas plastik itu.

 

Belajar dari Kehidupan

Ketika kehidupan ini memberi banyak rezeki seringkali kita merasa berhak mendapatkannya sebagai upah atas kerja keras. Tak tersisa ruang pengakuan atas berkat Pemilik Kehidupan.

Namun, ketika rezeki tak kunjung datang, barulah kita berseru meminta pada Yang Berkuasa. Permintaan yang mengungkapkan rasa putus asa karena kerja keras yang tak membuahkan hasil.

Kita perlu kekurangan untuk mengajar apa artinya bersyukur.

Kita perlu kegagalan untuk mengajar bahwa kerja keras saja tak ada artinya tanpa perkenanan Sang Pemilik Kehidupan.

 

Di tengah kerja keras kita, bukankah sebaiknya kita tetap menyakini: rezeki sudah ada yang mengatur?

Ketika rezeki berlimpah, kita bersyukur.

Ketika rezeki tak kunjung datang, kita percaya semua ada waktunya.

 

Baca Juga:

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here