Sama seperti sebuah kecelakaan kendaraan yang seringkali adalah akumulasi dari sejumlah kesalahan, demikianlah dengan perceraian dalam kehidupan rumah tangga. Perceraian seringkali dilihat sebagai jalan keluar terakhir, tentu saja bukan untuk menyelamatkan pernikahan, tetapi demi kenyamanan dan mungkin juga keamanan pribadi.
Dalam beberapa kasus, peceraian semestinya bisa terhindarkan. Pernikahan yang bermasalah akan memunculkan sejumlah indikator tertentu. Indikator-indikator ini berupa perilaku tertentu yang muncul dari salah satu atau malah kedua pasangan.
Sila memeriksa tanda-tanda pernikahan bergerak ke arah yang salah:
1. Tak memikirkan atau tak mengikutsertakan pasangan dalam pengambilan keputusan
Dalam hidup rumah tangga, dua orang telah menjadi satu. Tak ada keputusan yang sama sekali tidak akan berdampak pada diri pasangan. Tak memikirkan pasangan dalam pengambilan keputusan akan menghasilkan keputusan yang mungkin baik bagi diri sendiri, namun cepat atau lambat akan melukai pasangan.
Apalagi secara sengaja tak mengikutsertakan pasangan dalam pengambilan keputusan. Pengabaian seperti ini hanya akan melahirkan kecurigaan dan bahkan rasa tertolak apabilan kemudian pasangan mengetahuinya.
2. Membesarnya tuntutan pada pasangan tak berjalan seiring dengan membesarnya penerimaan
Orang yang mencintai akan menerima kita apa adanya. Namun, mereka akan terlalu sayang pada kita untuk membiarkan terus menerus apa adanya kondisi kita. Orang yang mencintai pasangannya akan mengharapkan perubahan-perubahan tertentu. Demi kebaikan pasangan, demi kebaikan relasi yang ada. Hal ini adalah wajar dan memang seharusnya terjadi.
Namun, tuntutan yang tak berjalan seiring dengan penerimaan hanya akan menghasilkan rasa putus asa bagi pasangan. Pasangan akan merasa dirinya tak pernah cukup baik. Hasilnya? Frustasi dan kelelahan.
Penerimaan adalah jaring pengamanan bagi pasangan yang sedang berjuang untuk menjadi lebih baik seperti harapan atau tuntutan yang ada.
Tanpa jaring pengaman ini, ketika gagal memenuhi tuntutan atau harapan, pasangan akan terluka dan merasa gagal. Barangkali ia akan enggan untuk berjuang memenuhi harapan atau tuntutan itu lagi.
Baca Juga: Kisah Cinta Sejati, Pernahkah Anda Menemukan yang Seperti Ini?
3. Tak bertumbuh dalam keintiman secara emosional, walaupun secara seksual masih aktif
Beberapa istri kerap mengeluhkan bahwa dirinya hanya “dipakai” suaminya. Suami baru menampakkan kemesraan atau keromantisan apabila ada “maunya”. Segera sesudah kemauan itu terpenuhi, maka berakhir pula segala keromantisan itu. Hal ini berbeda jauh dengan apa yang para perempuan rasakan sebelum pernikahan di mana pasangan nampak begitu murah hati dengan kata-kata manis dan tindakan romantis.