Ketika memutuskan untuk menikah, saya dan [pada waktu itu] calon istri, benar-benar harus berhitung karena kondisi keuangan yang sangat terbatas.
Kami harus berhitung dengan sangat cermat, bukan hanya untuk biaya resepsi pernikahan tetapi terutama tempat tinggal setelah kami menikah. Kami putuskan untuk mencari kontrakan karena kondisi keuangan belum memungkinkan untuk membayar uang muka [DP] rumah.
Setelah berkeliling ke berbagai lokasi di Surabaya, kami berhasil mendapatkan kontrakan rumah dengan harga yang sesuai dengan budget. Walaupun akses masuk ke rumah hanya berupa gang sempit yang hanya bisa dilalui satu mobil, namun lokasinya cukup strategis karena dekat dengan Royal Plaza dan Maspion Square.
Bangunan rumah dua lantai dengan empat kamar tidur itu lebih dari cukup untuk memulai babak baru dalam hidup kami.
Di kontrakan itu, kami memulai perjalanan hidup bersama dengan segala suka dan duka, tangis dan tawa. Kami berusaha menikmati setiap proses kehidupan, baik di rumah maupun di pekerjaan. Terlebih dalam panggilan pelayanan, karena di situlah awal perkenalan kami.
Selang beberapa tahun, sebagaimana keluarga muda lainnya, kami juga ingin memiliki tempat tinggal sendiri.
Sebagai karyawan dengan penghasilan pas-pasan, mimpi itu rasanya terlalu mustahil bagi kami. Cicilan KPR masih bisa kami atasi, namun masalah terbesar adalah menyediakan uang untuk down payment.
Walaupun saya tiga kali berpindah pekerjaan, tetap saja tabungan kami tidak pernah cukup untuk membayarnya.