Sebelum menikah, saya banyak bicara tentang seks dengan Mama. Setelah menikah, saya bicarakan dengan suami dan mama mertua juga. Semua pembicaraan saya lakukan dengan tenang, tanpa rasa sungkan atau malu.
Bukan tidak tahu malu, ini tiga hal yang mendorong saya melakukannya:
1. Mau Diedukasi
Sering kita berpikir orangtualah yang kolot dan menganggap seks adalah hal tabu. Benarkah demikian? Dari pengalaman saya, tidak semua orangtua berpikir seperti itu. Sebaliknya, Mama dan mama mertua saya sama-sama menganggap hubungan intim sebagai anugerah yang indah dari Tuhan bagi pasangan suami istri. Itu sebabnya, tanpa ragu mereka mengajak saya bicara soal seks.
Edukasi seks bukan hanya untuk anak-anak dan remaja. Anak yang sudah dewasa, segera nikah, bahkan yang pengantin baru seperti saya ini pun perlu diedukasi.
Daripada diajari teman dan disesatkan, lebih baik diajari orang tua. Bukankah mereka sudah jauh lebih berpengalaman sekian puluh tahun?
2. Terbuka: Tidak Ada yang Tersembunyi
Sadar atau tidak, sering kali sikap kita sendiri yang membuat orang lain, bahkan orang terdekat, tak berani mengajak bicara tentang seks. Jika memang tak ada dosa, mengapa harus ditutupi? Seks itu sendiri bukanlah dosa. Seks adalah rancangan Tuhan bagi suami istri. Bersifat pribadi, tetapi bukan berarti harus disembunyikan rapat-rapat. Justru perkara seks itu bisa dan perlu untuk didiskusikan demi kesejahteraan rumah tangga.
Dengan apa adanya, saya katakan pada suami apa yang saya suka dan apa yang membuat saya tidak nyaman. Sebaliknya, suami pun melakukan hal yang sama.