Saya beruntung karena saya masih bisa menuliskan bagaimana perasaan saya. Banyak ibu rumah tangga yang tak mampu membagikan perasaannya dan akhirnya menyimpan sendiri depresi mereka dalam hati. Sepanjang hari depresi makin menumpuk. Anak dan suami menjadi korban dari gerutuan dan juga amukan ledakan emosi kita.

Akhirnya anak-anak menganggap kita sebagai momok. Sementara suami tak lagi betah di rumah. Depresi pun makin menjadi. Kita pun merasa seolah-olah kitalah yang menjadi penyebab dari depresi yang kita alami.

Menyalahkan diri sendiri dan membenci diri sendiri adalah salah satu sikap yang menandakan bahwa kita sedang depresi.

Baca Juga: Menjadi Teman Perjalanan Seorang Penderita Depresi, Begini Rasanya. Jika Anda Tahu Siapa Penderita Depresi Itu, Masih Bersediakah Anda?

 

Apa yang Dapat Kita Lakukan?

Bersyukur, tentu saja. Setiap kali saya merasa jenuh dan terbeban berat, saya akan mengingat betapa saya menginginkan kehidupan yang saya pilih sendiri ini. Saya ingat ketika saya memutuskan untuk menikah, berhenti bekerja, dan berkomitmen mengurus anak-anak di rumah.

Saya telah memilih profesi sebagai ibu rumah tangga ini dengan sadar, karena saya ingin bisa fokus mendidik anak-anak sendiri tanpa melibatkan orang luar. Share on X

Sekalipun berat, teramat berat bagi saya, tetapi saya yakin bahwa ini adalah yang terbaik bagi anak-anak. Apalagi pada masa-masa keemasan mereka. Saya masih bisa bekerja kembali jika anak-anak sudah lebih besar. Namun masa-masa keemasan anak tidak mungkin bisa datang dua kali.

Saya bersyukur saya bisa memiliki kesempatan untuk menikmatinya; membentuk dan terlibat dalam proses pertumbuhan mereka. Bagi orang tua kebahagiaan yang terutama adalah melihat kesuksesan anak, bukan?

Bohong jika saya berkata bersyukur saja membuat saya terlepas dari depresi. Saya masih merindukan saat-saat bisa sendirian dan menikmati waktu, tanpa harus was-was jika sesuatu yang buruk terjadi terutama pada anak-anak. Perjalanan saya masih panjang sebelum saya bisa menikmati hasil dari perjuangan saya saat ini. Oleh karena itu, saya hanya bisa berpasrah diri dan berdoa, kiranya Tuhan tetap memberikan kekuatan dan kesehatan sehingga saya bisa menjalani setiap kewajiban saya dengan baik.

Saya masih merasa tertekan dan depresi tatkala berhadapan dengan rutinitas mengurus anak dan pekerjaan rumah tangga yang tiada akhir. Namun, saya memiliki pengharapan, setiap hari pasti semakin baik.

Kelak, perlahan tetapi pasti, saya pasti bisa menikmati setiap jerih payah dan pengorbanan yang saya lakukan saat ini.

 

Suatu saat nanti,
saya akan memiliki waktu untuk membuat kopi saya sendiri
dan menghabiskannya dengan santai,
tanpa harus terburu-buru atau meminumnya ketika dingin.

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here