“Putus lagi …” kalimatnya pendek, tetapi menggambarkan perasaan sedih, kecewa, bingung bercampur putus asa.

Putus hubungan dengan pacar padahal sudah begitu cinta dan serius padanya, bisa membawa yang bersangkutan ke lembah perasaan yang kelam. Bagaimana tidak? Begitu banyak usaha dilakukan untuk menunjukkan rasa sayang tapi dia tetap tidak mau melanjutkan hubungan.

Lebih menyakitkan lagi ketika putus cinta itu terjadi berulang-ulang hingga muncul perasaan bahwa diri ini tidak dihargai dan tidak diinginkan oleh siapa pun.

Daripada terus menerus berada dalam lembah yang dingin akibat patah hati, jauh lebih baik jika kita melakukan evaluasi diri, karena sering kali cinta sejati bersembunyi gara-gara kita tidak dengan baik mengenali diri.

Berikut ada 3 alasan kegagalan dalam pacaran, mungkin salah satu [atau semuanya] sudah pernah kamu alami:

 

1. Bahasa kasih yang meleset

Dia memang pria yang baik dan tulus. Setiap kali pacaran selalu serius, karena tujuan dari pacaran adalah pernikahan dan bukannya untuk putus. Setiap kali ia menjalin relasi kasih, ia selalu membuktikan cinta dengan memberi berbagai hadiah tanpa pamrih. Tapi anehnya, hubungannya selalu berakhir perih.

Ada banyak pria dan wanita yang mengalami pengalaman di atas. Persoalan utamanya adalah pada

ungkapan kasih yang tidak dipahami oleh pasangan karena masing-masing menggunakan bahasa cinta yang berbeda.

 

Gary Chapman merumuskan dan menamai cara-cara manusia untuk merasakan dan menunjukkan rasa kasih menjadi lima bahasa cinta.

Lima bahasa cinta itu adalah kata-kata yang memotivasi, waktu yang berkualitas atau kebersamaan, bantuan pelayanan, hadiah, dan sentuhan fisik – yang tidak melewati batasan dan kesopanan.

Masing-masing orang pada umumnya memiliki satu atau dua bahasa kasih yang paling menonjol di dalam dirinya.

 

Dengan cara bagaimana seseorang ingin dicintai, dengan cara itu pula ia menunjukkan cintanya.

Tidak jarang orang menerjemahkan tindakan orang lain padanya menggunakan kacamata bahasa cintanya sendiri.

Contohnya, Susi memiliki bahasa kasih waktu yang berkualitas. Ketika pacarnya tidak bisa menemaninya sesering yang ia harapkan, Susi menganggap pacarnya tidak sungguh-sungguh mencintainya.

Di lain pihak, pacarnya merasa bahwa ia sangat mengasihi Susi. Bahkan di tengah kesibukan bekerja, ia selalu meluangkan waktu untuk menuliskan pesan-pesan elektronik yang memberi pujian dan semangat buat kekasihnya itu.

Rupanya mereka memiliki bahasa cinta yang berbeda dan tidak saling memahami ungkapan cinta maupun kebutuhan dari pasangannya.

Apakah hal seperti ini yang kamu alami? Kalau ya, maka kamu perlu mempelajari jenis bahasa kasih apa yang dimiliki oleh dirimu dan pasanganmu agar hubungan kalian bisa langgeng.

Baca Juga: Ketika Cinta Terasa seperti Cabai yang Tak Lagi Pedas, Ini Cara untuk Mengembalikan Rasa Cinta yang Mulai Pudar

 

2. Belum waktunya

Emmy dan Anto telah berpacaran selama 2 tahun. Bahasa kasih mereka berbeda. Meskipun demikian Anto, sekalipun berusia lebih muda dari Emmy mampu memahami bahasa kasih Emmy dan memenuhi kebutuhannya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here