Dalam hidup, kita selalu dihadapkan pada keadaan yang terkadang menyenangkan dan terkadang mengecewakan. Istri atau suami yang punya sifat dan kebiasaan buruk, atau anak yang memiliki kelakuan tidak baik, teman sekantor yang menjengkelkan, atau tetangga yang selalu ingin ikut campur urusan rumah tangga kita, dan lain sebagainya.

Keluhan seorang ibu terhadap anaknya di atas bukanlah sepenuhnya kesalahan anak, apalagi anak yang masih kecil. Terkadang orang tualah yang menyebabkan si anak menjadi seperti itu. Cara pendekatan yang keliru dan komunikasi yang kurang baik bisa menyebabkan hubungan orang tua-anak menjadi renggang.

Berusahalah mendidik dengan memberi pengertian, bukan hanya melarang dan memarahi. Boleh memberi hukuman selama dalam batas kewajaran, tetapi yang lebih penting jadikan diri kita sebagai panutan dengan menunjukkan contoh-contoh yang baik.

Tak ada gunanya menyalahkan keadaan tanpa mencari solusinya. Share on X

Yang terpenting adalah bukan mengapa tetapi bagaimana, sehingga ketika keadaan terasa memojokkan, bukan keluhan yang keluar namun kesadaran untuk mencari jalan keluar yang terbaik.

 

3. Jangan jadikan masalah sebagai penghambat kebahagiaan

Kita harus menyadari bahwa semua orang punya masalah, karena itu kita tidak sendirian ketika berhadapan dengan masalah. Seperti siang dan malam, demikian pula dengan masalah dan kebahagiaan.

Tidak ada kebahagiaan tanpa masalah, dan tidak ada masalah tanpa kebahagiaan.

Artinya, bahwa setiap keputusan yang kita ambil selalu ada risiko. Lantas, apakah kita tidak perlu melakukan apa-apa? Mulai dari kita memilih pekerjaan, memilih jodoh, bahkan saat memutuskan memunyai anak, semua itu juga penuh risiko yang harus kita hadapi.

Ketika saya dan istri memutuskan untuk memunyai anak, kemudian Tuhan mengaruniakan anak kepada kami, maka di satu sisi kami sangat bahagia, namun di sisi lain ada risiko yang harus kami ambil, yaitu istri saya harus rela meninggalkan pekerjaannya demi bisa merawat dan mendidik anak kami.

Nah, kalau kemudian risiko yang kita ambil itu mengakibatkan ketidakbahagiaan, maka akhirnya menjadi masalah bagi kita, padahal itu akibat dari sebuah kebahagiaan. Jadi ketika kita menganggap masalah sebagai penghambat dari kebahagiaan, kita tidak akan merasakan kebahagiaan itu sendiri.

Baca Juga: Masa Kanak-kanak Saya Mungkin Menyedihkan, tetapi Masa Depan Tidak Harus Demikian. Sebuah Kisah Sejati tentang Hidup yang Berarti, Kini dan Nanti

 

Tiga patokan kebahagiaan ini kiranya membantu kita menyikapi arti kebahagiaan sebenarnya. Apalagi jika disertai ucapan syukur

bahwa yang terjadi pada hidup kita adalah anugerah Tuhan yang memang patut kita syukuri.

Selamat menemukan kebahagiaan sejati.

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here