Belum lama lalu, salah satu berita yang paling viral adalah perang kritik antara Fahri Hamzah dengan Susi Pudjiastuti. Sebelumnya kita menyimak Presiden Jokowi pun mendapat kritik, khususnya dari Amien Rais.
Sebagai orang awam, kita pun tidak kebal terhadap kritik.
Lalu,
Bagaimana menyikapi kritik secara bijak agar kita tidak menjadi kropos di dalam? Share on X
1. Memahami prinsip aksi dan reaksi
Di kampus, saya sering bicara kepada mahasiswa saya bahwa setiap kita pasti mengalami kritik. Artinya, ada aksi dari luar ke kita.
Kita bisa saja bereaksi secara cepat tanpa berpikir panjang atau merespons kritik setelah berpikir matang-matang.
2. Jangan memasukkannya ke hati
Sering dengar ungkapan itu? Konkretnya bagaimana?
Ini: Hati boleh panas, kepala tetap dingin.
Artinya, bisa saja kita emosi saat mendapat kritikan – terutama yang pedas – namun kalau kita bisa berpikir dengan menempatkan logika di atas emosi, kita menang menghadapi kritik.
3. Bedakan antara orang yang memberi kritikan dengan isi kritikannya
Saya juga sering bilang kepada mahasiswa saya bahwa orang yang paling jujur menilai kita sering kali justru musuh kita. Mengapa? Karena mereka tidak diwarnai rasa segan dan berani mengatakan kelemahan kita apa adanya. Bisa jadi orang yang memberikan kritikan memang menjengkelkan, tetapi isi kritikannya bisa jadi benar.
4. Introspeksi dan evaluasi diri
Tidak ada asap kalau tidak ada api. Artinya ada sikap, tindakan atau ucapan kita yang memantik kritik.
Ada seorang yang dianggap tokoh reformasi. Dia getol sekali mengkritik pemerintahan yang sedang berjalan. Yang menarik, yang dikritik adem ayem saja. Sebaliknya, pengkritiknya justru dihujani dengan kritik dari masyarakat, terutama warganet. Yang lagi viral, seorang penumpang yang satu pesawat dengan tokoh itu memberi surat yang isinya mengkritik pedas perilakunya yang senang mengkritik orang lain.
Apa yang kita tabur, pasti kita tuai.
Jadi saat kita dikritik, mari berdiam diri sejenak. Jangan-jangan yang dikatakan itu benar.
Ketimbang marah-marah yang yang tidak terarah, lebih baik mengarahkan energi kita ke arah yang lebih baik.
5. Pohon yang tinggi ditiup angin lebih keras
Artinya jika kita mendapat kritikan, artinya karier kita makin tinggi. Orang yang bukan siapa-siapa biasanya tidak akan mendapatkan kritikan.
Coba lihat sisi positif dari kritikan, bahkan pengkhianatan.
“Ah, saya ditikam dari belakang,” bisa kita artikan, “Saya pasti selangkah lebih maju sehingga ditikam dari belakang.”
6. Fokus pada fans ketimbang haters
Saya belajar sesuatu saat membaca berita tentang Agnes Monica. Penyanyi top ini senang menerima masukan yang membangun. Meskipun begitu, dia lebih fokus pada ratusan ribu fans ketimbang 5 ribu pembencinya. Itu dari satu akun media sosial. Bagaimana dengan akun yang lain? Sama. Ketimbang pusing kepala dan jengkel karena mengurusi haters, lebih baik mengalihkan perhatian kepada fans.
7. Senyumlah kepada dunia
Waktu reuni sekolah, saya mendapatkan t-shirt dengan tulisan: “Smile and the world will smile with you.”
“Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” kata St. Paul.
Saya setuju!
Bukankah lebih baik mempunyai 1000 teman ketimbang satu musuh?