Seruput Kopi Cantik
Yenny Indra
Bersyukurkah Kita Hidup di Indonesia?
Kami diajak menuju fjord ketika mengunjungi Greenland. Tidak ada pohon di sana. Hanya rumput-rumput yang menutupi bebatuan dan beberapa tanaman kecil. Di bagian utara ada pohon yang tingginya sekitar satu meter. Di selatan tidak ada.
Greenland, dengan lahan seluas lima kali Pulau Sumatra, hanya memiliki 50.000 orang penduduk. Lahannya 80% tertutup es. Batu-batu terlihat hanya selama dua minggu. Selebihnya tertutup salju. Yang unik, ada beberapa burung kecil yang hidup di sana. Ternyata dalam waktu dua minggu itu, tanaman berry segera tumbuh membesar. Meski penuh salju, burung-burung bisa membuat sarang di tempat tertentu, di sela-sela bebatuan. Mereka hidup dengan memakan sedikit rumput dan berry yang tertimbun salju.
Sekian puluh tahun lalu, orang-orang tinggal dekat fjord. Mereka berburu anjing laut dan menangkap ikan. Ketika musim dingin, kehidupan sangat berat. Mereka kadang kekurangan makanan. Suhu bisa mencapai minus 30 derajat celcius. Saking dinginnya, ada udara dingin yang terperangkap di dalam tanah.
Di dekat fjord ada tebing terjal. Banyak perempuan tua memilih terjun dari tebing, bunuh diri. Mereka berkorban agar tidak memberatkan keluarga. Banyak juga pria tua yang pergi menggunakan kayak dan tidak pernah kembali. Mereka merasa malu kalau tidak bisa lagi mendapatkan buruan atau tangkapan ikan. Sekarang tidak ada lagi yang tinggal disana.
Saya merenung,
Betapa seharusnya kita bersyukur hidup di Indonesia.
Cuaca sangat bersahabat. Tanah dan laut berlimpah hasilnya. Bahkan tidak ditanam pun, banyak tumbuhan tumbuh dengan subur. Hingga syair lagu Koes Plus berujar, “Tongkat kayu dan batu jadi tanaman.”
Wow … Sungguh berkelimpahan dan nikmat.
Sudahkah kita mensyukurinya?
“Thank the LORD because he is good. His kind love will never stop.”
Bersyukurlah kepada TUHAN karena dia baik. Kasih-Nya tidak akan pernah berhenti.
☕,
Yenny Indra
www.mpoin.com