Saya ingat benar peristiwa ketika pertama kalinya saya mengalami sebuah kegagalan. Saya tidak lulus ujian di kursus bahasa Inggris dan tidak berhasil naik kelas.
Sikap orang tua saya pada saat itu benar-benar tak terlupakan. Bukannya membuat saya putus asa, sikap mereka justru memperteguh tekad saya untuk memperbaiki kegagalan.
Kini, setelah juga menjadi orang tua, saya melihat kembali peristiwa itu dan menyadari bahwa sikap orang tua saya dalam menghadapi kegagalan saya adalah sebuah pelajaran berharga.
Jadi, bagaimana sebaiknya orang tua menyikapi kegagalan anak?
1. Tidak marah
Marah sebenarnya adalah sebuah reaksi yang sangat wajar dan manusiawi. Saya bisa memahami jika kedua orang tua saya marah terhadap saya. Namun, ketika mereka ternyata tidak marah, saya jadi semakin merasa menyesal dan makin bertekad untuk memperbaiki kesalahan saya.
Mungkin lain kejadiannya jika kedua orang tua saya marah dan menyalah-nyalahkan saya atau bahkan sampai memukul saya. Bisa jadi saya malah mengeraskan hati dan tidak lagi mau melanjutkan les. Sudah gagal, saya hanya akan menjadi semakin gagal.
Oleh karena itu, saya rasa sikap orang tua yang tetap tenang dan tidak marah justru lebih tepat ketika menghadapi kegagalan anak.
2. Tetap Tenang, Tanyakan Kendala yang Dihadapi Anak
Setelah mengetahui bahwa saya tidak naik kelas, orang tua saya dengan tenang menanyakan kendala apa yang saya hadapi. Sebenarnya mereka sudah cukup tahu permasalahan yang saya alami di kelas karena saya rajin sekali bercerita pada mereka. Akan tetapi, dengan kembali menanyakan kepada saya, saya merasa lebih diperhatikan dan diberikan empati.
Dengan jujur saya mengatakan bahwa saya tidak nyaman dengan cara mengajar guru saya, bicaranya pelan dan tidak mudah dipahami. Orang tua saya tidak menyalahkan saya, tidak juga menyalahkan sang guru. Mereka berusaha memahami tanpa menghakimi.
3. Bangkitkan Kembali Rasa Percaya Dirinya
Setelah gagal naik kelas, saya merasa cukup down. Apalagi mengingat saya harus mengulang kelas dengan teman-teman baru sementara teman-teman lama saya sudah berada di kelas yang lebih tinggi.
Ketika mengalami tidak naik kelas, seorang anak sudah merasakan sendiri dampak negatif dari kegagalannya. Ia merasa malu, tidak percaya diri, dan mungkin juga sudah enggan untuk memulai kembali.
Oleh karena itu, peran orang tua dalam membangkitkan rasa percaya diri anak sangatlah penting. Tekankan pada anak untuk tidak menjadikan kegagalan sebagai momok, melainkan sebuah pengalaman agar ia bisa menjadi lebih baik di kemudian hari. Anggaplah kegagalan sebagai keberhasilan yang tertunda.
4. Bantu Anak Mencari Jalan Keluar untuk Kendala yang Dihadapinya
Mengetahui saya tidak nyaman dengan cara mengajar guru saya, orang tua saya tidak memaksa saya untuk mengulang kursus yang sama. Mereka menghubungi tempat kursus saya dan menanyakan apakah mungkin saya mengikuti kelas dengan guru berbeda.
Tindakan orang tua saya mungkin sepele saja, tetapi besar pengaruhnya bagi saya. Tempat kursus saya rupanya menanggapi serius setiap keluhan yang disampaikan dan akhirnya saya bisa mengulang kelas dengan guru berbeda.
Kali kedua, saya bisa belajar dengan baik dan bahkan berhasil mendapat angka terbaik di ujian.
Ada banyak macam cara lain yang bisa dilakukan orang tua untuk menolong anak mengatasi kesulitan belajar. Misalkan sang anak kesulitan di satu pelajaran tertentu, orang tua bisa mencarikan guru les yang menguasai benar cara mengajar pelajaran tersebut.
Adalah lebih baik bersama mencari solusi daripada ribut menyalahkan atau memarahi anak.
Menghadapi kegagalan anak dengan bersikap bijak, saya yakin akan membuat mereka lebih giat berusaha untuk memperbaiki kesalahan dan menjadi jauh lebih baik di kemudian hari. Sementara marah apalagi memukul, bukannya memberikan didikan dan solusi, malah berpotensi menghilangkan kesempatan bagi mereka untuk memperbaiki kesalahan di kemudian hari.