Ada satu teman yang kehadirannya tidak pernah kita harapkan. Akan tetapi, begitu ia hadir, ia membawa sejuta makna dalam kehidupan. Bahkan perubahan besar dalam kehidupan.

Ia bernama kegagalan.

Teman satu ini adalah teman yang tidak kita sukai. Namun, sadarkah kita bahwa justru karena kehadirannyalah, kita dapat bertumbuh lebih dewasa?

Guy Winch, dalam bab 6 di bukunya yang berjudul Pertolongan Pertama pada Emosi Anda, mengatakan soal kegagalan sebagai hal yang menyakitkan dan mengecewakan, tetapi juga yang informatif, mendidik, dan memberi pengalaman untuk mengalami hal-hal yang luar biasa.

Menariknya, bagi Winch, kegagalan itu teman masa kecil hingga dewasa bagi setiap orang. Ia melihat bahwa pada masa balita pun, kita sudah berkenalan dengan kegagalan demi kegagalan. Ketika seorang balita mulai belajar untuk berjalan, berlari, berbicara, dan memahami sesuatu, kegagalanlah yang menemaninya hingga mahir.

Tanpa kehadiran kegagalan, seseorang tidak akan maju dan bertumbuh. Share on X

Nah, paham, kan? Ini berarti kegagalan bukanlah sesuatu yang amat menyakitkan, tetapi hal yang penting untuk belajar berdamai dengan diri kita lebih dahulu. Mereka yang menolak kegagalan berarti menolak pertumbuhan dan kemajuan dalam hidupnya.

So, bagaimana semestinya kita menghadapi kegagalan? Ini tipsnya:

 

 

1. Kegagalan: Bukan Akhir Segalanya

Sering kali kita lari dari perasaan gagal. Kita melemparnya jauh-jauh. Kita membangun sistem pertahanan diri, agar kita merasa bahwa bukan salah kita bila kegagalan itu muncul. Kita membohongi diri agar kegagalan itu dapat ditoleransi oleh orang lain dan diri kita sendiri.

Sikap seperti ini tentu sulit disalahkan. Namun mari berpikir, lari dari kegagalan atau menyembunyikan diri di baliknya, bukankah justru itu adalah sikap seseorang yang kalah? Membuat sejumlah alasan mengapa kita gagal dan berusaha agar orang memahaminya, ini bukanlah jalan keluar menghadapi kegagalan.

Kegagalan harus diterima sebagai bagian dari dirimu. Ia perlu ditaklukan lebih dahulu! Jangan melarikan diri. Katakan bahwa, “Ya saya gagal! Saya yang gagal! Tapi mari coba lagi!”

Hidup masih terlalu panjang untuk segera berhenti. Dunia belum berakhir!

Menerima kegagalan adalah hal yang penting dan paling utama dalam keinginan untuk menaklukannya. Mengapa? Karena dengan menerima kegagalan, kita tahu bahwa kita perlu berjuang lagi! Berarti kita perlu maju lebih jauh lagi! Dan ini tantangan pertamanya. Beverly Sills mengatakan, “You may be dissapointed if you fail, but you are doomed if you don’t try.” Benar,

lebih baik gagal tetapi mencoba lagi, daripada gagal tetapi segera berhenti!

 

 

2. Kegagalan: Bukan berarti Aku Buruk!

Salah satu sifat jelek dari kegagalan adalah tudingan terhadap diri bahwa, “Aku adalah orang terburuk di dunia!”

Itu jebakan! Jika kamu membiarkan dirimu mempercayai kata-kata itu, kamu menolak pertumbuhan terjadi dalam dirimu. Kegagalan sebenarnya menyatakan jika kamu berhasil melewati ujian satu ini, berarti kamu sudah naik ke level kehidupan yang baru. Kegagalan seharusnya memacu diri kita untuk berusaha semakin baik dan menjadi mahir menghadapi sesuatu, bukan semakin mundur dan menolak menghadapi kenyataan.

Kegagalan adalah tantangan. Tony Robbins mengatakan, “Don’t limit your challenges, challenge your limits”. Kegagalan adalah tanda bahwa kamu pantas menjadi lebih baik. Maka, hadapilah batasan-batasanmu.

Tokoh pahlawan Indonesia, Tan Malaka pernah mengatakan hal yang menarik, “Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk!”

Secara sederhana, ungkapan ini menegaskan bahwa sesuatu yang baik dan bernilai tidak terjadi secara instan. Misalnya tanah liat yang menjadi bejana. Tanpa proses panjang dan sulit, ia tidak akan mungkin menjadi suatu bejana yang indah dan mahal harganya. Begitu pula kehidupan!

 

 

3. Gagal: Emang kenapa?

Dalam menghadapi kegagalan, kita butuh beberapa teman:

Pertama, Realistis.

Teman ini menolong kita untuk tidak terlalu berpikir idealis atau perfeksionis. Realistis menolong kita untuk berpikir sebentar tentang hal-hal yang tidak kita lihat dan menyadari bahwa kita adalah manusia yang terbatas. Ini membuat kita menyadari untuk mengevaluasi kembali sasaran-sasaran dan tujuan hidup kita. Sering kali kita tidak sedang mengalami kegagalan. Rasa gagal itu muncul karena kita tidak cukup realistis memandang dunia ini dan lupa bahwa kita adalah manusia terbatas.

Teman kedua, Pengharapan.

Rasa gagal tidak boleh lebih besar dari pengharapan. Ini hal yang penting untuk direnungkan. Banyak orang dikuasai kegagalan sehingga mereka tidak mampu lagi melanjutkan kehidupan. Pengharapan adalah teman yang dapat menolong kita untuk tetap seimbang dalam menata diri dan emosi ketika berhadapan dengan kegagalan. Share on X

Teman ketiga, TUHAN.

Setelah kerealistisan tidak dapat menolong kita untuk berpikir jernih dan pengharapan tidak cukup kuat meneguhkan kita, di sanalah kita butuh Tuhan.

 

 

4. Kegagalan: Kita Butuh Dukungan Orang Lain

Orang lain bisa menolong kita untuk melihat letak-letak atau alasan mengapa kita gagal. Mintailah pendapat mereka tentang dirimu dan apa yang perlu kamu ubah dari dirimu. Ken Blanchard mengatakan, “Feedback is the breakfast of champions.”

Dengan kata lain, koreksi, kritik, dan evaluasi adalah hal-hal yang amat baik untuk menolong kita memperkecil ruang kegagalan itu terjadi kembali.

Klub sepakbola menjadi hebat tidak hanya karena didominasi oleh pemain bintang, tetapi juga karena ada pelatih yang hebat di baliknya. Pemain bola hanya akan berfokus pada bola, lawan di depannya, dan gawang untuk mencetak angka. Namun pelatih dapat melihat lebih luas dari itu. Dialah alasan mengapa para pemain di lapangan harus menyerang dari sisi kiri lapangan, atau harus bermain dengan taktik bertahan, dan melihat siapakah yang paling cocok mengisi ruang penyerang.

Hal ini menunjukkan bahwa kita membutuhkan orang lain untuk melampaui kegagalan kita.

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here