Dari tempat saya berdiri, saya memperhatikan seorang pria sedang bercanda dengan temannya. Seolah memperagakan adegan bunuh diri, teman pria itu mengambil sepotong tali lalu melilitkan tali itu di lehernya. Tak lupa ia berakting tercekik. Juga pura-pura mati. Melihat itu, sang pria pun tertawa.

Entah apa obrolan mereka sebelum adegan pura-pura bunuh diri itu. Namun, sekilas saya mendengar sebuah pertanyaan menarik dari sang teman,

“Apa yang kurang dalam hidupmu sehingga kamu mau bunuh diri?”

Beberapa waktu lalu, seorang anak muda curhat kepada saya. Ia berkata ia sempat terpikir untuk bunuh diri.

“Apa yang kurang?” sama dengan teman sang pria di cerita sebelumnya, itu juga respons pertama saya.

Saya bertanya begitu karena saya tahu ia berasal dari keluarga yang mampu. Ayah dan ibunya punya pekerjaan yang baik. Usaha mereka lancar, bahkan terbilang sukses. Kedua orang tua memperhatikan dan menyayanginya. Lalu, apa yang kurang?

Setelah berbicara cukup lama, saya akhirnya menemukan penyebabnya.

Anak yang selalu berjuang untuk menyenangkan semua orang ini punya kebutuhan yang besar akan pengakuan dari orang lain. Ia rentan sekali dengan penolakan. Ia butuh diisi dengan pujian. Ia ingin diterima banyak orang.

Itulah yang membuat dia selalu merasa kurang. Itulah juga yang membuat ia bahkan membayangkan berapa banyak orang yang akan menangisinya seandainya ia benar-benar mati.

Perasaan kurang bisa membuat orang putus asa hingga tidak ingin melanjutkan kehidupan.

Apakah Anda juga pernah merasakannya?

Berbicara soal kekurangan, inilah 3 pemicu yang menyebabkan kita sering merasa kurang:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here