Saya mengangkat alis. Ternyata isu gay bukan hanya konflik generasi kekinian. Sudah ada sejak dulu, hanya saja tidak terpublikasi di dunia sosmed.

Makin Bertambah Usia, Luka Makin Mendalam

“Waktu kecil kami nggak ngerti apa-apa,” ujar Pak Toni. “Makin dewasa baru tahu jahatnya Papa. Egois. Tidak sayang keluarga. Kalau butuh duit saja baru cari anak.”

Kali ini, seberkas kejengkelan dan kemarahan saya rasakan dalam nada bicaranya.

“Papa saya itu hobinya berjudi. Jadi uangnya banyak habis untuk judi. Belum lagi untuk pacar-pacarnya,” jelasnya sambil mengontrol emosi. “Padahal sebetulnya dia punya lebih dari cukup untuk menghidupi kami semua.”

Selain tidak menjalankan perannya sebagai ayah, sang kakek juga memeras uang anak-anaknya sampai sekarang, ketika mereka pun mulai menjadi kakek nenek seperti dirinya. Setiap bulan, setiap anak selalu ditodongnya untuk memberi uang padanya. Luka batin mereka jadi makin mendalam.

“Kami bukan tidak mau kasih uang untuk Papa,” jelas Pak Toni. “Tapi sampai umur 90 ini, dia masih suka berjudi. Untuk apa memberinya uang judi?! Kadang-kadang dia juga masih suka genit. Lihat ada pria yang ganteng sedikit langsung bersikap baik dan kasih uang.”

Adakah Harapan Pemulihan bagi Pak Toni dan Keluarganya?

“Makin tua makin jadi,” komentar Pak Toni tentang ayahnya.

Menurut pendapatnya, kecil kemungkinan sifat ayahnya akan berubah. Apalagi sekarang sudah 90 tahun. Sudah semakin bau tanah. Ia tidak lagi berharap ayahnya berubah, walaupun juga tidak mengharapkan kematiannya.

Sama seperti dulu Pak Toni memperlakukan anak-anaknya, demikian pula sekarang anak-anaknya memperlakukannya. Sering kali terkesan mereka mengabaikan sang kakek. Bukan berarti mereka membalas dendam. Hanya saja, mereka tidak tahu bagaimana harus mengasihi sang ayah.

Saya sempat berpikir, dengan figur ayah seperti itu, bagaimana Pak Toni dan saudara-saudaranya menjadi orangtua? Tak butuh lama hingga pertanyaan saya terjawab.

Walaupun tidak mendapat figur ayah yang baik dan benar, Pak Toni sendiri bisa dibilang berhasil menjadi seorang ayah. Berusia 63 tahun, dua anaknya kini terbilang cukup sukses, bahkan sangat menyayanginya.

“Ini semua anugerah Tuhan,” kata Pak Toni tentang hidupnya. “Kalau anak-anak bilang saya ayah yang baik, itu pertolongan Tuhan.”

Rasanya lega mendengar keluarga yang dibangun Pak Toni ternyata baik adanya.

Anak-anak dari keluarga broken home tak harus berakhir hancur juga. Seperti kata Pak Toni, ada anugerah Tuhan.

Memang kalau bukan karena Yang Maha Kuasa, bagaimana mungkin buah bisa jatuh jauh dari pohonnya?

Baca Juga:

Satu Hal yang Memberi Kekuatan untuk Bertahan dan Terus Berjuang dalam Situasi Seberat Apa Pun

Masa Kanak-kanak Saya Mungkin Menyedihkan, tetapi Masa Depan Tidak Harus Demikian. Sebuah Kisah Sejati tentang Hidup yang Berarti, Kini dan Nanti

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here