Ketika mendengar kata aksi heroik, apa yang langsung ada dalam bayangan kita? Seorang pahlawan super dengan kekuatan supernya menghadang ratusan peluru dan senjata tajam demi menyelematkan orang-orang dari serangan mahluk jahat. Ternyata kisah heroik tidak selalu sedramatis itu. Tak semua pahlawan memiliki kekuatan super, dan tak semua pahlawan mengenakan jubah atau bersayap.
Kisah Candice Payne
Pahlawan ini adalah seorang wanita biasa bernama Candice Payne. Ia seorang agen perumahaan yang tinggal di Chicago. Saat ini Chicago dan beberapa tempat lainnya di Amerika sedang mengalami bencana yang disebut Polar Vortex yang membuat suhu jatuh di bawah minus 30 derajat. Candice Payne menyadari akibat dari bencana ini, ratusan orang tanpa tempat tinggal bisa kehilangan nyawanya jika dibiarkan begitu saja. Bantuan dari pemerintah tidak akan dapat menolong mereka dalam jangka panjang. Sehingga tanpa berpikir panjang, ia tergerak untuk melakukan sesuatu yang diharapkannya bisa menyelamatkan nyawa orang-orang tanpa tempat tinggal ini.
1. Kepedulian adalah langkah awal
Bukan hal mudah bagi Candice Payne untuk menyediakan tempat tinggal bagi para ‘homeless’ ini. Karena tidak ada satupun hotel atau penginapan yang mau menerima mereka. Beruntung sebuah penginapan bernama Amber Inn bersedia menyewakan kamar-kamarnya. Awalnya Candice Payne hanya mampu menyewa 20 kamar dengan menggesekkan kartu kreditnya. Namun dengan bantuan orang-orang asing lain yang tergerak hatinya berkat postingan Candice di media sosial, Candice Payne berhasil menyewa total 60 kamar selama 5 malam lengkap dengan makanan selama mereka menginap disana.
2. Tindakan besar perlu diawali dengan sebuah tindakan kecil
Melalui kisah Candice Payne ini saya menyadari satu hal, banyak dari kita yang rindu untuk melakukan sebuah hal besar. Namun jarang dari kita yang mau memulainya, atau bahkan kita bingung untuk memulainya. Candice Payne ibaratnya menjadi alat penggerak bagi sebagian orang yang memiliki impian yang sama namun tak tahu harus memulai dari mana. Ia memulai dengan menggesekkan kartu kreditnya dan membayar 20 kamar sekalipun ia tahu jumlah itu tak akan cukup untuk menolong ratusan ‘homeless’ di kotanya. Namun kekurangan itu tidak membuatnya berkecil hati dan mengurungkan niatnya. Ia memulai dari dirinya sendiri dan membuka peluang bagi orang lain untuk turut berdonasi.
3. Tindakan kecil berdampak besar ketika dilakukan pada saat yang tepat
Bayangkan jika Candice Payne masih berpikir-pikir ulang sebelum menggesekkan kartu kreditnya, dan menunda-nunda untuk waktu yang sangat lama, kemungkinan nyawa orang-orang yang ditolongnya sudah tak lagi terselamatkan. Dinginnya cuaca bisa membuat seseorang kehilangan nyawanya hanya dalam waktu 5 menit. Bayangkan berapa banyak orang yang harus merenggang nyawa jika Candice Payne tidak segera melakukan tindakan.
Orang-orang yang ditolong oleh Candice Payne sudah siap menerima kenyataan bahwa mereka harus tidur di luar dan berjuang sendiri untuk hidup karena tak seorangpun mau menolong mereka, namun bantuan yang diberikan oleh Candice Payne berada pada waktu yang tepat, saat yang tepat, sehingga mereka tak harus kehilangan nyawa.
4. Tindakan baik tidak hanya berpengaruh pada orang yang ditolong, tapi juga yang menolong
Setelah bersusah payah meyakinkan para ‘homeless’ untuk ‘pindah’ ke penginapan yang telah disewa sebelumnya, Candice Payne menyadari satu hal. Bahwa perjuangannya ini tidak hanya berdampak bagi orang-orang yang telah ditolongnya, tapi juga berdampak besar baginya. Pengalaman ini telah mengubah dirinya dan juga mengubah tujuan dalam hidupnya.
Seorang Candice Payne tanpa disadari olehnya telah menjadi seorang pahlawan. Sekalipun ia berkata, “I’m just a regular person.” Kita semua tahu bahwa pada kenyataannya ia telah menjadi malaikat penyelamat karena aksi heroiknya. Dan kita semua mengenal namanya karena tindakan impulsive nya yang menyelamatkan ratusan nyawa.