Tidak banyak yang tahu bahwa menjadi ibu rumah tangga bisa membuat tingkat stres seorang istri berada di ujung tanduk. Mungkin banyak yang mengira asyik untuk
‘hanya’ tinggal di rumah, mengurus keperluan suami dan anak yang rutin itu-itu saja. Pekerjaan yang tampak mudah seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, sampai menjemput sekolah dianggap pekerjaan yang tidak sebanding dengan pekerjaan wanita karier yang dituntut dengan target yang tinggi atau tanggung jawab tertentu.
Setelah menyelami dunia ibu rumah tangga selama beberapa tahun, ditambahi dengan mengurus dua bocah balita sepanjang hari tanpa bantuan dari siapa pun, pula di negeri orang yang jauh tanpa kehadiran orang tua dan keluarga, tingkat stres saya – seorang perempuan yang mengaku sebagai ibu yang baik, punya latar belakang pendidik sekolah, dan mantan penulis buku kumpulan renungan motivasi untuk ibu rumah tangga – pun berada di ujung tanduk.
Rasanya saya ingin MELEDAK.
Ya, saya ingin pergi sejauh-jauhnya untuk sementara waktu supaya tidak mendengar rewelan anak kecil, tidak melihat rumah yang seperti kapal pecah, tidak memasak setiap hari, tidak mencuci celana kotor ataupun mengurus pampers yang betumpuk-tumpuk di pojokan tempat sampah kamar mandi.
Jadi, pertanyaannya kenapa saya masih bisa bertahan menjalani hidup sebagai ibu rumah tangga dengan dua anak balita dan suami yang super sibuk tanpa peranan keluarga di samping saya?
Jawabnya,
karena saya kembali bersyukur atas hidup dan mencari kekuatan dari Sang Pemberi Hidup setiap hari.
Tidak mudah memang, tetapi kita perlu menyeimbangkan antara pemikiran, hati, tenaga serta support dari Sang Pemberi Hidup itu sendiri. Karena kita ini buatan dan kita ini lemah jika harus mengandalkan kekuatan diri sendiri saja.
Bicara saja memang tidak cukup. Oleh karenanya, saya membagikan beberapa poin rahasia untuk mengurangi stres ibu rumah tangga dari kejenuhan dari pekerjaan yang tidak kenal selesai.
Inilah hal-hal yang saya lakukan dan, setidaknya untuk diri saya, membawa hasil:
1. Mencari matahari pagi atau sekadar keluar rumah sesaat
Matahari adalah sumber energi alami yang mampu menyalurkan semangat untuk menjalani hari. Terbukti, ketika kita bangun lebih dini dan bisa sekadar keluar rumah untuk menyapu halaman ataupun berolah-raga kecil membuat tubuh lebih berenergi untuk menjalani aktivitas yang rasanya perlu tenaga ekstra.
Siapa bilang menjadi ibu rumah tangga tidak butuh energi? Salah besar! Terutama jika masih memiliki anak balita yang masih super aktif bereksplorasi.
Saya biasa mengantar anak sekolah dengan berjalan kaki. Aktivitas ini bisa dicontoh untuk ibu-ibu yang jarak sekolah anaknya dekat dengan rumah. Jalan ke taman atau berkendara dan mampir sejenak ke pasar juga bisa dilakukan.
2. Sarapan dengan baik
Sarapan yang baik atau menyeruput kopi favorit juga menjadi ritual penting untuk menyemangati diri sebelum ‘berperang’ seharian dengan rutinitas yang mungkin membosankan.
Ibu-ibu bisa duduk di beranda rumah sambil mengajak si kecil bermain sebentar di halaman, sekadar menikmati waktu sarapan pagi.
3. Cari waktu untuk merenung dan berdoa
Ini sangat penting.
Renungkanlah kembali saat-saat ketika kita belum diberi anak oleh Tuhan. Saat-saat ketika kita mengharapkan hadirnya buah hati di tengah pernikahan kita. Jika sekarang Tuhan sudah menganugerahkan Si Kecil di kehidupan kita, mari syukuri keberadaan mereka dengan mengikuti perkembangan mereka dan bersentuhan dengan hidup mereka setiap waktu.