Saat hendak berkendara pulang ke rumah, saya menyaksikan banyaknya acara nonton bareng [nobar] digelar di jalan. Menggunakan layar lebar atau televisi berukuran kecil, alat tampaknya tidak jadi masalah. Intinya, yang ditonton adalah pertandingan sepak bola. Siapa saja boleh turut serta.

Digelarnya piala dunia menjadi topik hangat di masyarakat. Mulai dari anak kecil hingga orang dewasa, semua membicarakan sepak bola. Nobar pun menjadi acara wajib bagi para pencintanya.

Saling ejek, saling melempar komentar, tertawa bersama, sampai memaki bersama ada di sana. Waktu berlalu tanpa terasa, suasana yang begitu menyenangkan membuat kelopak mata seakan tidak butuh mengatup.

Fenomena ini membuat saya merenung, “Mengapa, ya, orang-orang mau melakukannya? Bukankah Indonesia tidak termasuk salah satu negara peserta piala dunia? Daripada menonton pertandingan sepak bola yang tidak ada hubungannya dengan nasib kita, bukankah lebih baik pulang ke rumah, menghemat tenaga untuk kembali bekerja esok pagi?”

 

Mungkin, dunia memang sudah jadi terlalu sibuk. Dan kenyataan ini, tanpa sadar, membuat kita juga terhanyut dalam kesibukan individu. Pergi pagi, pulang esok paginya. Hari-hari dipenuhi dengan agenda, hal-hal yang harus dilakukan.

Apalagi kini smartphone telah membuat pusat perhatian kita teralih. Ketika punya waktu sendiri pun, kita menggunakannya untuk menatap layar, entah untuk sekadar meng-update status atau mem-posting selfie.

Bahkan di waktu tidak sibuk dengan pekerjaan pun, kita sibuk dengan diri sendiri.

Kita menjadi phubber, zombie yang berjalan mengikuti smartphone.

Belum lagi masyarakat dan negara yang penuh dengan masalah. Tiada hari tanpa berita tentang konflik atau tentang perebutan kekuasaan yang seakan tidak pernah berakhir. Kehidupan semakin sulit dari hari ke hari.

Semakin banyak orang mengalami stres, tidak mampu menghadapi persoalan yang menekan dari berbagai sisi. Mereka yang merasa sendiri, mengalami kesepian di tengah keramaian. Mereka yang skeptis akan kehidupan.

 

 

Mungkinkah Fenomena Nobar adalah Sebuah Pencarian Jawaban? 

Selain yang menyediakan tempat, listrik, proyektor/televisi/alat apa pun yang digunakan untuk menonton, semua diperlakukan sama. Semua boleh menikmati pertandingan, semua punya hak yang sama untuk berkomentar.

Tidak ada yang sibuk dengan gawai. Ketika pertandingan dimulai, semua perhatian tertuju ke layar. Tertawa karena lelucon yang sama, mengaduh karena insiden yang sama. Oh, betapa indahnya teriakan “GOOOOLLLLLL!” yang digaungkan bersama dalam lompatan kegirangan.

Meski sejenak, semua kepenatan seakan terlepas. Menikmati pertandingan di layar, semua seolah menikmati bersama sebuah opium raksasa yang membawa pikiran terbang.

Kalah atau menang, tidak jadi soal. Intinya adalah kebersamaan, menikmati sebuah malam yang indah bersama-sama. Toh, itu tidak memengaruhi keseimbangan kehidupan, kecuali kamu terlibat dalam perjudian dan kalah taruhan besar-besaran.

Sungguh sebuah waktu yang langka, bukan?

 

Apakah kebersamaan yang indah lewat nobar seperti ini hanya bertahan sepanjang event piala dunia? Lalu, setelah piala dunia selesai bagaimana?

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here